NAHDLIYIN DALAM PUSARAN PILPRES 2024
Catatan: Arman Mohamad, Mantan Sekretaris PD.Muhammadiyah Kabupaten Pohuwato.
HistoriPos.com, Pohuwato – Menarik untuk mengkaji dinamika agenda lima tahunan di Indonesia dan kaitannya dengan kaum Nahdliyin.Nahdliyin adalah sebutan bagi pengikut dan anggota ormas NU.Ormas terbesar anggotanya di Indonesia.Setiap perhelatan pilpres Nahdlatul Ulama atau NU menjadi Kue besar yang selalu diperebutkan oleh para pemburu kursi Presiden.
“Karena Manisnya NU selalu dikerubuti oleh semut” kata rekan politisi simpatisan NU kepada saya sehingga menginspirasi mengumpulkan berbagai sumber dan menghasilkan tulisan singkat ini….
Dihimpun dari riset majalah Tempo kaum Nahdliyin mencapai lebih dari 95 juta orang.Dengan jumlah sebanyak itu diyakini kelompok ini dianggap bakal menentukan kemenangan seorang kandidat Presiden.
NU pun menjadi ladang perebutan dukungan dari ketiga Bacapres yang bersaing pada Pilpres 2024: Anis Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Anis Baswedan menggandeng Muhaimin Iskandar ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa yang “berbasis” pendukungnya NU.
Sebelum Prabowo dan Ganjar menentukan Bacawapres, nama Khofifah Indar Parawansa menjadi rebutan untuk di gandeng menjadi Bacawapres.Khofifah Indar Parawansa adalah Gubernur Jawa Timur basis terbesar kaum Nahdliyin yang pernah 20 tahun memimpin organisasi Fatayat, Organisasi Perempuan NU.
Selain Khofifah Nama Mahfud MD Menko Polhukam juga masuk dalam incaran Para Bacapres karena dianggap mewakili kaum Nahdliyin.Mahfud MD yang berasal dari Jatim dan pengikut Gusdur dianggap mampu menjadi magnet penarik bagi kaum Nahdliyin.
Namun belakangan diantara Khofifah Indar Parawansa dan Mahfud MD, Nama Mahfud yang lolos menjadi pilihan Bacapres Ganjar Pranowo yg telah resmi di deklarasikan pada 18 Oktober 2023 di Gedung Arsip Nasional.
Demikian Pula Bacapres Prabowo menjatuhkan pilihan kepada Gibran Rakabuming Raka, Walikota Solo dan juga Putra Presiden Jokowi.Pasangan Prabowo -Gibran resmi dipasangkan sebagai Capres dan Cawapres pada 25 Oktober 2023 setelah pertemuan para petinggi partai koalisi di Kartanegara Jakarta Selatan.
Pertanyaannya adalah sejauh mana faktor kaum Nahdliyin dapat sebagai penentu kemenangan Capres.
Hasil riset yang diambil dari berbagai sumber ternyata Kaum Nahdliyin bukan satu kelompok yang solid.Dukungan mereka acap kali terbagi-bagi pada kandidat yang ada.Tokoh Senior mantan ketua NU K.H.Hasyim Muzadi menjadi Cawapres yg berpasangan dengan Capres Megawati Soekarnoputri Putri pada Pemilu 2004 mengalami kekalahan.Demikian pula Salahuddin Wahid (Gus Sholah ) adik dari Gus Dur (KH.Abdurrahman Wahid) yang berpasangan dengan Jenderal Wiranto mengalami nasib yang sama.Jutru tokoh NU luar Jawa Jusuf Kalla yang berpasangan dengan SBY menang pada Pemilu 2004.
Pada Pemilu 2019 KH.Ma’ruf Amin Ketua Umum MUI Pusat tampil sebagai Cawapres mendampingi Capres Jokowi mendapatkan kemenangan yang diklaim karena dukungan basis Kaum Nahdliyin.
Medan utama perebutan suara tetaplah di pulau Jawa,tempat lebih dari separuh total jumlah pemilih pada Pilpres 2024.yakni 204 juta orang.
Dari total jumlah pemilih tersebut sekitar 40,9 juta atau 20 % adalah kaum Nahdliyin,(SMRC,Juli 2023)
Namun diyakini bahwa kekuatan keanggotaan ormas NU dengan organisasi badan Otonom-nya yg tersebar baik dikalangan Pemuda,Mahasiswa maupun pelajar dengan basis terbesar di Pondok Pesantren merupakan modal yang diperlukan untuk memperoleh dukungan signifikan dalam perhelatan lima tahunan.
Pondok Pesantren serta kediaman para Kiayi dan Ulama belakangan ini tidak sepi dari kunjungan para Politisi beserta tim pemenangan yang meminta berkah dan memohon restu masing-masing kandidat.
Tradisi Demokrasi di Indonesia modern tidak serta merta melepaskan pengaruh ketokohan para Ulama dan Kiayi meskipun semua kandidat Bacapres mengklaim diri mereka sebagai Nasionalis.Sehingga muncul istilah dalam Pakem perpolitikan di Indonesia yakni Nasionalis -Religus.
Nasionalis religius tidak merujuk pada salah satu agama atau kepercayaan saja ,namun menjadi alat Kompromi untuk memperoleh dukungan dari semua Agama dan Kepercayaan yang ada di Indonesia sebagai Negara yang berasas Pancasila dan Ber-Bhineka Tunggal Ika.
Politik Identitas yang sering menjadi isu sensitif dan bahan amunisi yang dipakai oleh lawan Politik untuk meruntuhkan peringkat elektabilitas para Kandidat Presiden merupakan imbas dari kekuatan dan pengaruh ideologi keagamaan yang masih dominan dalam percaturan Politik di Indonesia sebagai Negara Islam terbesar di dunia.
NU adalah representasi dari kelompok Islam terbesar di Indonesia meskipun NU memposisikan dirinya sebagai organisasi Islam tradisional moderat dan sebagai pengawal dan pemersatu identitas ke- Indonesian dengan jargon “Islam Nusantara”,-
Saat ini sebaran tokoh NU yang telah menyatakan dukungan pada Bacapres tidak dominan pada salah satu kandidat tapi cenderung terbagi pada semua Bacapres,inilah indikator yang mengindikasikan bahwa NU tidak fanatik pada salah satu kandidat presiden meskipun capresnya berasal dari tokoh keluarga besar NU.
Sebaran dukungan para tokoh NU ini akan menjadi pola sebaran dukungan dari para Nahdliyin kepada para kandidat presiden pada pilpres 2024 nanti.
Dengan demikian kesimpulannya adalah tidaklah mutlak dukungan kelompok tertentu menjadi satu-satunya penentu kemenangan Pada Pilpres nanti.Kekuatan personal Calon dan didukung kelompok basis Pemilih menjadi dua kekuatan yang harus digabungkan untuk mengantarkan kemenangan para kandidat Presiden pada Pilpres 2024.
Kekuatan personal ditentukan oleh kualitas program,Visi dan Misi yang ditawarkan untuk menyongsong Indonesia Emas pada 2045 nanti, Dengan Demikian Rakyat sebagai pemilik suara menentukan pilihan secara obyektif,-
Marisa Oktober 2023.