HistoriPos.com, Pohuwato — Menyikapi berbagai tanggapan dari beberapa perbedaan publik terkait pertambangan di Kabupaten Pohuwato, Aliansi Anak Cucu Penambang Pohuwato mengajak semua pihak untuk tetap melihat hak rakyat, dalam mengelola tanah leluhur demi keberlanjutan kehidupan, memberi manfaat kepada khalayak banyak, meningkatkan taraf hidup, serta memberi dampak kepada dunia pendidikan.
“Pohuwato adalah Kabupaten yang dikenal dengan sumber daya alam yang melimpah, di antaranya dari sektor pertambangan, bagi kami selaku masyarakat yang hidup di wilayah lingkar tambang tentunya ini adalah sebuah Anugrah yang diwariskan oleh leluhur kami sebagai penyambung hidup untuk keluarga,” jelas Rusli kepada Awak media ini.
“Harus di sadari Bahwa orang tua kami dapat memberikan pendidikan yang layak, atau menyekolahkan kami itu semua berkat dari hasil pertambangan, bagaimana nantinya jika kami selaku pewaris kekayaan alam ini tidak bisa lagi beraktivitas di wilayah pertambangan, pastinya akan ada orang tua yang tidak mampu lagi menyekolahkan anaknya bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sudah tak mampu lagi sebab makan minum kami hanya hasil tambang emas,” lanjutnya.
Mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Anak Cucu Penambang memberi penegasan bahwa mereka tak menolak Investasi di Bumi panua. Namun, sebagai bagian dari penyambung aspirasi orang tua, mereka meminta pemerintah daerah dapat memberikan perlakuan yang sama dengan perusahaan.
“Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi bahwa wilayah pertambangan kabupaten Pohuwato yang sudah dikelola puluhan tahun oleh masyarakat lokal kini telah dikuasi Perusahaan, kami bukan anti investasi yang masuk di daerah ini, kami hanya minta perlakuan yang sama, hak dan keadilan yang sama, sehingga kami tidak merasa dianak tirikan pada tanah kelahiran sendiri, sebab menjadi penambang adalah pilihan hidup yang kami pilih, penambang adalah profesi kami, Maka kalaupun kemudian kami harus dipaksa keluar pada wilayah kerja yang sudah kami tekuni puluhan tahun tanpa ada solusi dari pihak terkait baik itu Pemerintah Daerah, DPRD, Bahkan perusahaan,” harap Rusli.
Anak Cucu Penambang memberi warning Kepada pemerintah dan DPRD serta pengambil kebijakan agar berlaku adil dan tak menganaktirikan penambang lokal yang telah jadi bagian dari tumbuh kembangnya perekonomian bumi panua.
“jangan salahkan kami masyarakat sebagai penambang lokal akan mencari keadilan untuk mempertahankan warisan leluhur ini dengan cara kami sendiri, kami bukan tidak takut dengan hukum yang ada, tapi Rasa Khawatir untuk tidak bisa menghidupi keluarga selalu datang menghantui dan memaksa kami akan melakukan apapun, dan kami percaya Kedaulatan tertinggi di negara ini ada di tangan RAKYAT,” ujar Rusli.
Terakhir, Rusli bersama rekan-rekan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Anak Cucu Penambang mengajak semua pihak untuk berdiskusi, mencarikan Solusi yang terbaik, bukan sekedar protes tanpa solusi.Ia pun mempertanyakan sikap mahasiswa yang di Motori oleh Rahmat perihal kerusakan CA yang di jadikan jalan oleh perusahaan sepanjang 30 Meter.
“kalian pun harus memahami subtansi maupun historis pertambangan buntulia, kami tidak pernah melarang adanya kontra dalam persoalan ini, akan tetapi pahami dulu persoalan tambang, klau pun para penambang merusak hutan, mengapa perusahaan tidak di kaitkan juga? Klau pun penambang di katakan telah masuk dalam cagar alam (CA), lalu apa kabar dengan perusahaan yang membuat jalan melewati hutan lindung kurang lebih 30 kilo panjangnya? Sebelum bersuara pahami dulu persoalan yang ada, Sebab hanya anak tambang yang paham betul persoalan tambang. Karna bicara tambang , bicara anak,istri, pendidikan. Maka jangan pernah sentuh persoalan ini kalau belum paham.Baku dapa Dulu Bossss,” pungkasnya. (Redaksi)