HistoriPos.com, Pohuwato — Saat ini para petani sudah mulai memasuki musim panen, petani jagung di Pohuwato, Gorontalo, malah dilema. Dengan mengharapkan keuntungan, petani khawatir ihwal harga jagung yang anjlok, bahkan tidak ada kepastian harga di pasaran. Dengan kondisi seperti ini, membuat mereka (petani) merasa kesulitan dalam menjual hasil panen jagung.
Nikson Djuriati, salah satu petani di Kecamatan Randangan, Pohuwato, mengungkapkan bahwa saat ini harga jagung terbilang tidak stabil.
“Kadar air 20 ke bawa 4 ribu, kalau kadar air di atas 20, Rp. 3.900. Kalau kadar di atas 25-29, 3.700 bahkan 3.600. kadar di atas 30. 3.500. Bersyukurnya sekarang ini turunnya tidak sampai 2 ribu,” ungkapnya Nikson. Kamis, (12/09/2024).
Sementara itu, hal yang sama pun dirasakan oleh Hendri Musa, petani di Kecamatan Patilanggio. Kata dia, saat ini harga jagung sedang mengalami penurunan, bahkan harganya sulit untuk di prediksi.
“Tidak sama, tiap gudang harganya beda, kalau di Pulubala lebe tinggi jelas ke sana, kalau yang di sini terbatas, paling banyak ke pulubala,” tutur Hendri.
Tak hanya itu, di Pohuwato itu sendiri, dirinya pun mengeluhkan persoalan perbedaan pemotongan ketika kadar air dari jagung tersebut lebih tinggi.
“16 kadar air tidak ada pemotongan, kalau kadar air 17 misalnya 1 ton ada pemotongan sampai 20 kg. Kalau sudah kadar air 20 atau 30, betul dia harganya 4.000 lebih, tapi pemotongannya memang mengherankan,” lanjutnya.
Bahkan diakuinya, perbedaan pengukuran kadar air pada pabrik yang ada di Kabupaten Pohuwato, dan Kabupaten Gorontalo memanglah sangat berbeda.
“Kalau di sini (Pohuwato) tinggi, Itu bedanya. Di sini kadar air 30, kadang di sana (Pulubala) di bawah dari itu. Harga sama, tapi kadarnya beda-beda,” ujar Hendri terheran – heran.
Diakhir penyampaiannya, Hendri pun berharap, agar hal tersebut bisa mendapat solusi dan perhatian pemerintah daerah.
“Semoga ada solusi dari Bupati Pohuwato,” harapnya. (Redaksi)