HistoriPos.com, Pohuwato — Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Pohuwato pada Selasa (30/12/2025) mengakibatkan banjir besar menerjang Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia. Bencana ini memicu sorotan tajam dari warga setempat yang menengarai bahwa aktivitas pertambangan emas di kawasan hulu menjadi penyebab utama memburuknya dampak banjir kali ini.
Banjir yang mulai merendam pemukiman warga pada pukul 15.00 WITA tersebut tercatat sebagai peristiwa terparah dalam sejarah desa setempat. Meluapnya debit sungai secara drastis menyebabkan air masuk ke rumah-rumah warga dengan membawa material sedimen.
Banjir yang mulai merendam pemukiman warga pada pukul 15.00 WITA tersebut tercatat sebagai peristiwa terparah dalam sejarah desa setempat. Meluapnya debit sungai secara drastis menyebabkan air masuk ke rumah-rumah warga dengan membawa material sedimen.
Anwar Husain, salah satu tokoh masyarakat Desa Hulawa, menyatakan bahwa fenomena ini bukan sekadar faktor alam. Ia menunjuk adanya penggundulan hutan di kawasan pegunungan yang dikelola oleh perusahaan tambang Pani Gold Mine sebagai faktor kunci hilangnya daya serap air.
“Harus diakui, selain karena hujan deras, banjir ini juga disebabkan oleh penggundulan hutan di kawasan pegunungan yang dilakukan oleh perusahaan tambang,” tegas Anwar kepada media.
Menurut Anwar, kondisi hutan di bagian hulu kini sangat memprihatinkan. Hilangnya vegetasi hutan membuat air hujan langsung mengalir ke bawah tanpa ada hambatan alami, yang kemudian memicu luapan sungai di pemukiman warga.
Warga mengaku terkejut dengan skala banjir kali ini. Selama bertahun-tahun menetap di Desa Hulawa, mereka mengklaim belum pernah mengalami banjir dengan volume air setinggi dan secepat ini.
“Kami belum pernah merasakan banjir sebesar ini. Kalau dilihat di atas gunung, pohon-pohon sudah banyak yang hilang, hutannya gundul. Ini bukan rahasia lagi, semua orang bisa melihat kerusakan yang terjadi,” tambah Anwar.
Data yang dihimpun menunjukkan adanya korelasi kuat antara penurunan daya dukung lingkungan di wilayah hulu dengan meningkatnya frekuensi bencana di hilir. Aktivitas ekstraktif yang tidak dibarengi dengan konservasi lahan yang ketat dinilai menjadi ancaman nyata bagi keselamatan warga Buntulia. (Rh)

















