HistoriPos.com, Pohuwato — Upaya pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menjadi angin segar bagi petani lokal. Program makanan bergizi yang digalakkan di berbagai daerah dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat dengan bahan pangan hasil pertanian setempat.
Kebijakan ini sejalan dengan semangat swasembada pangan, di mana kebutuhan bahan pokok dipenuhi langsung dari hasil pertanian daerah masing-masing. Dengan begitu, petani mendapatkan pasar yang lebih pasti, harga yang lebih stabil, serta peningkatan kesejahteraan.
Di Kabupaten Pohuwato, program ini berdampak positif, terutama pada petani. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, Kamri Alwi, menjelaskan bahwa bahan baku untuk program makanan bergizi gratis sepenuhnya berasal dari pertanian lokal. Hal ini, secara otomatis membuka peluang bagi petani untuk menjual hasil panennya dengan jaminan pasar yang lebih luas.
“Saya sudah kalkulasi, kalau ada 3.000 siswa, kebutuhan bahan bakunya bisa mencapai 800 kilogram per bulan. Ini benar-benar berkah bagi petani,” ujar Kamri. Saat diwawancarai pada Jum’at, (07/02/2025).
Ia juga menambahkan, bahwa dengan jumlah siswa di Pohuwato yang mencapai sekitar 40 ribu orang, kebutuhan bahan pangan dari petani lokal akan jauh lebih besar. Sayur-sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan di daerah ini akan terserap secara maksimal dalam program tersebut.
“Kalau di Pohuwato kurang lebih 40 ribuan siswa, berarti lebih besar dan banyak lagi bahan pertanian yang diambil dari petani lokal Pohuwato,” sambungnya.
Namun, Kamri juga mengakui masih ada kendala, terutama dalam ketersediaan bahan baku lain seperti telur dan ayam, yang jumlahnya masih terbatas.
“Olehnya, kami akan berkoordinasi dengan kepala desa agar Badan Usaha Milik Desa (BumDes) bisa turut serta dalam penyediaan kebutuhan tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, untuk memastikan kelancaran distribusi, dapur-dapur program ini akan tersebar di beberapa titik di setiap kecamatan.
“Kalau hanya satu titik, misalnya di Kecamatan Marisa, tentu akan sulit menjangkau kecamatan lain seperti Taluditi dan Popayato. Maka, distribusi perlu merata agar program ini berjalan optimal,” tutup Kamri. (Wahyu)