HistoriPos.com, Pohuwato – Turnamen balap ketinting 2025 yang digelar dalam rangka perayaan ketupat di Marisa, Kabupaten Pohuwato, menyimpan pesan penting di balik kemeriahannya. Kali ini, arena balap tidak lagi digelar di laut seperti biasanya, melainkan di muara sungai yang menghubungkan Desa Bulili dan Desa Pohuwato. Bukan tanpa alasan ada “sindirian keras” yang ingin disampaikan warga lewat event ini.
Ketua panitia kegiatan, Suharno Ibrahim alias Nano, mengungkapkan bahwa pemilihan lintasan di muara sungai bukan keputusan asal-asalan. Menurutnya, hal ini dilakukan demi membuka mata pemerintah daerah terhadap kondisi sungai yang kian memprihatinkan.
“Ini bukan kemauan pribadi kami memilih lintasan di muara sungai. Ada pesan penting yang ingin kami tunjukkan ke pemerintah daerah kondisi sungai yang makin dangkal,” ungkap Nano, Minggu (6/4/2025).
Nano menjelaskan, biasanya turnamen balap ketinting digelar di laut, namun tahun ini pihaknya sengaja mengalihkannya ke sungai. Pasalnya, pendangkalan yang terjadi di muara sungai sudah sangat mengganggu aktivitas warga, khususnya para nelayan yang memarkir perahu karangnya di wilayah tersebut.
“Sudah beberapa kali kami sampaikan kondisi ini ke pemerintah, tapi tak ada satupun yang turun ke lokasi. Maka lewat kegiatan ini, kami berharap ada mata yang melihat langsung dan ada langkah nyata yang dilakukan,” tegas Nano.
Ia menambahkan, pendangkalan ini bukan hanya berdampak pada mobilitas nelayan, tapi juga berpotensi menyebabkan luapan air yang membahayakan pemukiman warga sekitar. Ia berharap minimal ada pengerukan sungai agar aliran air kembali lancar dan area parkir perahu nelayan kembali aman.
“Sehingga paling tidak ada pengerukan yang dilakukan karena sungai ini bukan hanya sekedar air yang keluar ke laut namun, ada perahu-perahu karang nelayan yang kemudian yang diparkir disini dan ini sudah berbahaya dan juga luapan air yang cukup berbahaya juga dan tentunya kami masyarakat daerah sini yang merasakan dampaknya,” pungkasnya. (Wahyu)