HistoriPos.com, Pohuwato – Kelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Pohuwato, yang berada di Desa Buhu Jaya, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato, pasca melaksanakan pengabdian kurang lebih 45 hari lamanya, cukup prihatin dengan banyaknya anak usia dini yang tidak tersentuh oleh pendidikan pada desa itu sendiri.
Bahkan, setelah dilakukan observasi di setiap dusun yang ada di desa tersebut, banyak anak usia dini yang seharusnya masih butuh bimbingan pendidikan serta ilmu yang bermanfaat di bangku sekolah, terhenti karena faktor ekonomi, juga pendidikan di era globalisasi yang memiliki banyak tantangan khususnya pada keluarga yang berpenghasilan rendah.
Melihat data yang diperoleh saat melakukan pendataan. Sedikitnya, ada kurang lebih 60 orang anak usia dini di Desa Buhu Jaya tercatat tak lagi tersentuh Pendidikan.
Sehingganya, angka putus sekolah pada anak usia dini terus meningkat, dengan faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama. Fenomena ini menyoroti ketidakmerataan akses pendidikan di kalangan keluarga berpenghasilan rendah.
Padahal, Pendidikan usia dini memiliki peran penting dalam membentuk fondasi yang kuat bagi perkembangan anak-anak. Namun, realitas yang dihadapi banyak orang tua adalah tantangan ekonomi yang menghambat akses mereka terhadap layanan pendidikan berkualitas.
Dari sudut pandang ekonomi, biaya pendidikan bukan hanya lagi terkait dengan sekolah itu sendiri. Masih ada biaya-biaya tambahan seperti transportasi, buku-buku, seragam sekolah, dan keperluan lainnya yang kadang tidak terjangkau bagi keluarga dengan penghasilan rendah.
Tingginya biaya hidup dan rendahnya upah minimum di beberapa wilayah juga menjadi faktor yang mengakibatkan orang tua terpaksa memprioritaskan kebutuhan dasar seperti makanan, kesehatan, dan tempat tinggal daripada pendidikan anak-anak mereka.
Hal ini memunculkan kesenjangan sosial yang semakin melebar, di mana anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki peluang pendidikan yang lebih terbatas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi. Ini juga dapat berdampak negatif pada mobilitas sosial dan perkembangan sumber daya manusia di masa depan.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk mengatasi masalah ini. Bantuan pendidikan dan subsidi untuk keluarga berpenghasilan rendah, peningkatan akses terhadap program beasiswa, serta peningkatan kualitas layanan pendidikan usia dini dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi angka putus sekolah anak usia dini akibat faktor ekonomi.
Berikut beberapa solusi dari Mahasiswa KKN-T Desa Buhu Jaya, yang dapat di tawarkan kepada pemerintah terkait banyaknya anak usia dini yang tidak tersentuh oleh pendidikan karena faktor ekonomi:
1. Subsidi Pendidikan: Pemerintah dapat memberikan subsidi atau bantuan pendidikan kepada keluarga berpenghasilan rendah untuk mengurangi beban biaya pendidikan seperti biaya sekolah, buku-buku, dan seragam.
2. Program Beasiswa: Peningkatan akses terhadap program beasiswa bagi anak usia dini dari keluarga berpenghasilan rendah dapat membantu mereka untuk tetap melanjutkan pendidikan tanpa terhambat oleh masalah ekonomi.
3. Pengembangan Layanan Pendidikan Gratis: Mendorong pengembangan layanan pendidikan gratis untuk anak usia dini di tingkat desa atau kelurahan, termasuk penyediaan makanan tambahan dan transportasi sekolah.
4. Pendidikan Inklusif: Memperkuat sistem pendidikan inklusif yang memperhatikan keberagaman sosial dan ekonomi, sehingga semua anak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. (Wahyu)